Halo
Halo
Halo
Saya kembali lagi dengan kegalauan saya. Hari ini adalah tanggal 2 Mei 2024. Ya, Bulan Mei, bulan dimana saya akan genap berusia 28 tahun. Di usia begini, saya meresahkan jodoh yang belum kunjung mendatangi saya. Ehehehe..
Berkaitan dengan jodoh nih, ya. Tahun lalu, saya pacaran dengan teman saya yang beda keyakinan dengan saya. Sepertinya saya bisa mengatakan, kalau dia adalah satu-satunya teman laki-laki saya, selain teman kantor. Aku duluan yang mendekatinya. Aku nembak dia tanggal 14 Oktober dan kami jadian tanggal 1 November.. Tapi seperti keresahan yang saya ungkapkan pada paragraf sebelumnya, saya putus dengannya. Kami bertengkar dan break pada tanggal 14 Februari kemarin dan akhirnya putus pada 18 Februari. Sebenarnya orangtuaku tentu khawatir, kalau aku akan lebih susah lagi mendapat jodoh, jika tidak dengan temanku satu ini. Jadi orangtuaku berusaha menghubunginya dan menjadi penengah dalam hubungan kami. Yah, balik lagi seperti paragraf sebelumnya, kami sepertinya tidak berjodoh.
O, iya.. Meskipun aku pacaran dengan temanku itu, tapi sejujurnya ada lelaki lain yang menarik hatiku. Tentu karena sebelumnya aku sudah memiliki pacar, hatiku ku juga agar tidak terlalu tertarik pada lelaki itu.. ehem.. supaya tidak bingung, saya hendak menyebutkan mantan/teman saya sebagai "A" dan lelaki yang menggoyahkan hati saya sebagai "B". Putus dari A tentu membuat saya sedih, sampai sekarang atau mungkin sampai nanti saya juga sedih. Walau saya dan A tetap sepakat untuk menjadi teman, walau kami telah menjadi mantan. Kami sama-sama sepakat tidak ingin menjadi mantanan yang musuhan, apalagi memang sebelumnya kami adalah teman baik. Yah, walaupun sedih, saya jadi merasa bebas dan tidak merasa bersalah mengagumi B 😹
Sejujurnya, sebagai perempuan yang blak"an, tentu saya punya pikiran untuk mengungkapkan perasaan saya pada B secara gamblang. Tapi oh tapi, saya merasa kami kurang cocok, saya merasa kami mungkin kerap mengalami kesalahpahaman. Hmm.. Saya jadi mengurungkan niat untuk mengungkapkan perasaan saya, sejauh ini sih 😹
Tapi usaha saya untuk mendapatkan jodoh tidak mati di situ. Saya menghubungi seorang senior saya, tadinya saya hendak mengungkapkan perasaan saya terkait B dan hendak meminta dukungan. Tapi yang ada saya malah meminta dukungan agar segera mendapat jodoh, lalu jadilah senior saya ini mengenalkan saya pada seorang temannya yang bisa kita sebut sebagai "C".
C adalah teman angkatan senior saya, ya, kami se-alumni (kampus) dan tentunya bekerja di bidang yang sama. Kami pun memulai masa pendekatan kami. Saya, yang suka bercerita, senang memiliki teman cerita baru. Awalnya saya kira, hanya saya yang berminat akan hubungan ini karena saya merasa hanya saya yang bersemangat dalam menceritakan keseharian saya. Kami juga belum bercerita tentang hal romantis atau komitmen apapun. Tapi nih tapi, ya, C memiliki keinginan untuk bertemu saya. Perlu diketahui sebelumnya, kami berdomisili di beda provinsi, beda pulau, beda zona waktu, jauh banget. Yah, walaupun saya maunya dia membatalkan niatan itu.
Karena oh karena, saya masih tertarik pada B dan masih merindukan A. Bagaimana saya bisa membiarkan C mengusahakan saya, ketika saya belum tentu berkeinginan agar hubungan kami berhasil? Saya merasa bersalah, tapi dari saran teman-teman saya, sepertinya saya perlu memberikan kesempatan bagi hubungan ini agar berhasil.
Humph.. Padahal sembari banyak bercerita pada C, saya kerap mengingat A. Saya sangat merindukan kebersamaan kami. Walau ya bisa jadi, ini karena kami baru putus, jadi wajar jika saya kerap mengingat hubungan kami yang singkat itu. Huft.. Yah, ga taulah.. Mana saya juga merisaukan kehidupan pernikahan yang artinya adalah penyatuan 2 keluarga yang sebelumnya adalah orang asing.. Berharap yang terbaik saja bagi semua orang :)